Kesaksian Korban Selamat dalam Tragedi Halloween Itaewon

Minggu, 30 Oktober 2022

Sebagai fans berat sinetron Korea "Itaewon Class", Beta Bayusantika, 27, masyarakat negara Indonesia yang tempuh pengajaran master di Kampus Hanyang, mengharap supaya wabah virus corona berkurang supaya bisa berkunjung teritori perbelanjaan dan selingan tempat seri hit global difilmkan. Ia benar-benar ingin rasakan lingkungan multikultural di pusat perkotaan Seoul, yang populer dengan perayaan Halloween tahunan. Ia ke sana di hari Sabtu untuk nikmati Halloween pertama kalinya di Itaewon.

"Saya ke situ kemungkinan jam 9 sampai 10 malam di Stasiun Itaewon. Itu benar-benar ramai. Dari pojok gang, kami menyaksikan beberapa orang usaha keluar sana. Itu benar-benar menyedihkan," ucapnya dalam interviu telephone. dengan The Korea Times, Minggu, merujuk pada lokasi kecelakaan di samping Hamilton Hotel. "Saya dengar orang berbicara 'Tolong! Tolong! Tolong!' dengan bahasa Korea," ucapnya.

"Petugas pemadam kebakaran dan polisi berada di sana, coba mengevakuasi beberapa orang dari keramaian. Beberapa orang lakukan CPR."

Instagram : thekoreantimes_official

Di hari Minggu, satu hari sesudah bencana itu, teritori itu dipenuhi oleh beberapa masyarakat, orang berjalan kaki dan korban yang masih tetap ada semenjak malam awalnya. Beberapa orang yang sedih bergabung ada di belakang garis polisi di seberang jalan, menanti berita terkini.

Choi Seong-beom, kepala Stasiun Pemadam Kebakaran Yongsan, menjelaskan jika pada 09:40 151 kematian dan 86 korban diverifikasi. Sembilan belas korban meninggal ialah masyarakat negara asing, dari Iran, China, Uzbekistan, dan Norwegia.

Beberapa masyarakat negara asing yang melihat dan selamat dari kejadian itu membagi apa yang mereka saksikan dan alami sepanjang interviu dengan The Korea Times.

Masyarakat negara Libya yang berbasiskan di Jaecheon, Abdo Al-Kader, 31, yang bekerja dalam suatu peternakan, kerap berkunjung area selingan untuk rayakan Halloween. Tetapi ia menjelaskan peristiwa yang ia tonton semalam lebih dari tidak biasa.

"Semalam beberapa orang di sini. Beberapa orang tidak paham harus melakukan perbuatan apa. Polisi tiba, mereka turunkan orang dan beberapa orang lakukan resusitasi dari mereka yang berada di darat. Semua terjadi dalam waktu cepat," ucapnya.

Osman Karakan, 26, masyarakat negara Turki yang tinggal di Korea semenjak 2020 bekerja sebagai pelukis, menjelaskan ia memberi juluran tangan untuk mengalihkan beberapa orang yang tidak sadarkan diri di jalan sesudah dianya selamat dari kejadian itu.

Baca Juga : Update Tragedi Haloween, Begini Kondisi 2 WNI yang Terjebak di Itaewon

Instagram : thekoreantimes_official

"Saya di sini bersama rekan-rekan saya dari sekitaran jam 9 malam. Gang itu benar-benar ramai hingga kami berpikir itu dapat beresiko, jadi kami berlindung dalam suatu club di dekatnya. Saat kami keluar sana sekitaran jam 10:30 malam, beberapa orang mati terkapar di situ. jalan dan beberapa orang lakukan CPR dari mereka," kata Karakan di seberang jalan lokasi kecelakaan, Minggu.

Pemilik club minta kontribusi mereka untuk mengalihkan orang dari jalan dan mereka memberi kontribusi, ucapnya. Kondisinya benar-benar berlainan dari kisah hidupnya habiskan Halloween di Itaewon awalnya, karena tempat itu lebih ramai dan kondisinya terlihat benar-benar kacau-balau, ucapnya, memvisualisasikan situasi dengan memutar jarinya disekitaran kepalanya.

Ia kehilangan tasnya dengan paspor didalamnya sepanjang kerusuhan dan kembali untuk ambilnya, ucapnya. Tetapi, karena gang itu tertutup untuk umum, ia harus menanti ada di belakang garis polisi.

Sonali Madane, seorang mahasiswi berumur 29 tahun dari India yang memburu gelar masternya di Ewha Womans University, bercerita malam yang kacau-balau.

"Rekan-rekan saya dan saya ke sana pada jam 21:45. Dalam kurun waktu 1/2 jam, kejadian ini terjadi. Kami ada di Runway Klub dan saat kami keluar sana... kami ketahui jika kerusuhan sedang terjadi. Beberapa orang menebarkan rumor, "Adakah ledakan? Apa itu bom?" Karenanya, semuanya orang cemas.… Lainnya menjelaskan ada banyak selebritis yang tiba (yang mengakibatkan penyerbuan)," kata Madane ke The Korea Times dalam sebuah interviu telephone, Minggu.

Instagram : thekoreantimes_official

"Dalam lima menit, polisi tiba dan mereka tangani keadaan. Mereka memberikan kami panduan dan kami larikan diri dari lokasi kecelakaan. Kami menyaksikan beberapa orang terkapar di jalan, petugas pemadam kebakaran memberi CPR ke mereka pada jam 11:30 malam," ucapnya.

Ia dan beberapa temannya harus berlindung dalam suatu restaurant untuk beberapa waktu karena kereta bawah tanah stop karena keadaan genting.

"Seorang Ajumma (wanita separuh baya) dari restaurant ini di situ memerintah kami untuk tiba dan duduk sesaat . Maka kami pesan panekuk kimchi dan... demikianlah kami habiskan semalaman. Kami ke Noraebang (karaoke dengan bahasa Korea) dekat tempat semua ambulans ada. Penuh tetapi tidak ada yang menyanyi. Cuma duduk di situ, tidak ada yang nikmati Noraebang. Pemiliknya menjelaskan tempat itu penuh hingga kami harus pergi. Selanjutnya kami kembali lagi ke restaurant Ajumma, "ucapnya disebutkan.

Ia kembali lagi ke tempat tinggalnya pada jam 7 pagi, Minggu.

Masyarakat negara asing yang melihat bencana itu memperlihatkan jika mempunyai beberapa langkah keamanan pada tempat dapat menahan musibah.

"Tempo hari, sedikit polisi jalan raya dibanding dengan berapakah beberapa orang yang bergabung di situ.... Kurang cukup orang di situ untuk mengontrol keramaian. Bila ada lumayan banyak petugas polisi yang memerintah orang ke sana-sini, itu dapat menahan suatu hal.sebuah hal. semacam ini," kata Karakan.

Al Kader sepakat. Ia menjelaskan saat ia berkunjung Itaewon satu minggu awalnya untuk mendatangi festival makanan dan budaya internasional, lingkungan itu ramai dengan pengunjung, tapi kondisinya teratasi dengan lumayan banyak personil polisi yang datang.

"Pekan kemarin, jalan ini ditutup, tidak ada mobil di sini. Itu ialah lokasi yang bagus, beberapa orang bergerak bebas tanpa permasalahan. Tetapi semalam benar-benar berlainan. Anda tidak dapat mengurusi diri kita karena ada beberapa orang. Saya berpikir bila pemerintahan Korea ingin pikirkan jalan keluar, bila mereka mengetahui di Halloween atau di Natal saat beberapa orang tiba, mereka bisa tutup jalan ini dan mengatur wilayah itu. Dan menghindar hal ini terjadi, "ucapnya.

Semua masyarakat asing yang selamat mengatakan berkabung atas beberapa korban dari kejadian ironis itu.

"Saya cuma ingin sampaikan berkabung saya untuk semuanya keluarga dan beberapa orang yang cedera dan kehilangan nyawa di sini. Saya berasa benar-benar bersedih mengenai ini dan mengharap hal ini tidak bisa terjadi kembali," kata Bayusantika. (Sc: koreantimes)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama