Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali melesat di pekan ini. Dengan demikian, harga minyak nabati ini udah naik dalam 3 pekan beruntun.
Melansir information Refinitiv, harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia untuk kontrak 2 bulan ke depan melesat lebih dari 7% ke MYR 4.052/ton. Dalam 3 pekan total penguatannya hampir 20%.
Hujan bersama dengan intensitas tinggi yang terjadi di Indonesia dan Malaysia halangi mengolah dan mengganggu logistik. Hal berikut mengakibatkan kegelisahan terhadap mengolah CPO yang berasal dari kedua produsen utama dunia mengalami penurunan.
Ketika mengolah turun dan permintaan tetap, maka harga tentu saja dapat mengalami kenaikan.
Meski demikian, permintaan yang berisiko mengalami penurunan dapat halangi kenaikan harga CPO. Tanda-tandanya keluar dari ekspor Malaysia yang diperkirakan mengalami penurunan sekitar 4,3% - 8,4% terhadap periode 1 - 20 Oktober, dari periode yang mirip bulan sebelumnya, berdasarkan survei dari 2 perusahaan kargo.
China, yang merupakan tidak benar satu kastemer terbesar CPO banyak yang memperkirakan dapat mengalami th. yang buruk.
Survei terbaru dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom membuktikan perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,2% di 2022, jauh di bawah obyek pemerintah 5,5%.
Jika tidak perhitungkan th. 2020, saat dunia dilanda pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19), maka perkembangan produk domestik bruto (PDB) berikut jadi yang paling rendah sejak 1976.
Pemerintah China di bawah komando Presiden Xi Jinping masih menerapkan kebijakan zero Covid-19, jadi tidak benar satu pemicu pelambatan ekonomi. Dengan kebijakan tersebut, saat kasus Covid-19 mulai meningkat, maka karantina wilayah (lockdown) dapat diterapkan.
Alhasil, kegiatan ekonomi jadi maju mundur. Hal ini diperparah bersama dengan disrupsi kekuatan dan pangan akibat perang Rusia - Ukraina serta pelambatan ekonomi global akibat kenaikan suku bunga yang agresif di bermacam negara guna meredam inflasi.
"Perekonomian sepertinya dapat mengalami tekanan di kuartal IV, namun dapat tersedia pemulihan di th. depan. Meski demikian, masih dapat sukar untuk memandang pemulihan yang kuat akibat permintaan demand global," kata Nie Wen, ekonom di Hwabao Trust, sebagaimana dilansir Reuters (Jumat 14/10/2022). (Sc: CnnIndonesia)
Posting Komentar