Kementerian Kesehatan mengumumkan Kasus Luar Biasa (KLB) polio, susul penemuan satu kasus polio type 2 di Aceh - 8 tahun semenjak Indonesia diputuskan bebas polio oleh WHO
Si pasien, anak berumur tujuh tahun di Kabupaten Pidie, alami tanda-tanda kelumpuhan di pada kaki kiri. Ia tidak pernah divaksin.
"Anak itu menjadi kecil di bagian otot paha dan betis, dan memanglah tidak ada kisah imunisasi ya, [tidak] mempunyai kisah perjalanan contact dan perjalanan ke luar," kata Direktur Jenderal Penangkalan dan Pengaturan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan dr. Maxi Rein Rondonuwu dalam pertemuan jurnalis, Sabtu (19/11).
Penemuan satu kasus polio ini terjadi bersamaan trend pengurangan lingkup imunisasi di Aceh sepanjang 10 tahun akhir dan imunisasi dasar yang tidak berhasil penuhi sasaran di luar pulau Jawa sesudah terhalang 2 tahun wabah.
Indonesia sudah mendapatkan sertifikat bebas polio dari WHO pada 2014. Walau telah dipastikan bebas, surveylans untuk kasus lumpuh layu (flaccid paralysis) terus dilaksanakan. Penemuan satu kasus cukup untuk dipastikan sebagai KLB, kata Maxi.
Berdasar Ketentuan Menteri Kesehatan no. 1501 tahun 2010, status KLB diberi pada peristiwa kesakitan atau kematian yang memiliki makna secara pandemiologi di suatu wilayah dalam waktu tertentu, dan sebagai kondisi yang bisa mengarah pada berlangsungnya pandemi.
Penetapan status KLB memungkinkannya pemerintahan untuk mengkoordinasikan semua instansi kesehatan untuk mengatasi pandemi dan lakukan upaya-upaya hebat, seperti liburkan sekolah dan tutup sarana umum.
Akhir kali diketemukan kasus polio di Indonesia ialah kasus polio type 1 pada 2018 di Papua - salah satunya wilayah yang lingkup vaksinasinya rendah.
Mengapa Polio Datang Lagi?
Polio disebabkan oleh virus yang serang mekanisme syaraf hingga bisa mengakibatkan kelumpuhan tetap.
Virus polio menyebar khususnya lewat tinja, dan berkembang di aliran pencernaan. Maka dari itu, lingkungan yang tidak bersih bisa memudahkan penebaran virus polio.
Saat memperhatikan sikap warga di daerah sekitaran lokasi penemuan kasus, team Kemenkes merasakan masih tetap ada warga yang bab ke sungai, dan walau ada toilet lubang pembuangannya langsung mengucur ke sungai. Sungai itu jadi sumber kegiatan warga, terhitung tempat untuk bermain anak-anak.
"Jadi sikap buang air asal-asalan itu punyai kekuatan jadi peluang penyebarannya. Factor resiko yang paling kami saksikan berada di sini," kata Maxi.
Penyakit polio bisa dihindari dengan imunisasi di umur balita. Ada dua tipe vaksin polio yang terhitung dalam program imunisasi dasar.
Pertama, vaksin polio tetes atau OPV yang diberi saat bayi berumur 1, 2, 3, dan empat bulan. Ke-2 , vaksin polio suntik atau IPV yang diberi saat bayi berumur 4 dan sembilan bulan.
Berdasarkan catatan Kemenkes, terjadi pengurangan trend lingkup imunisasi OPV dan IPV di Aceh di dalam 10 tahun akhir.
Data lingkup imunisasi OPV sepanjang 4 tahun ke belakang memperlihatkan jumlah kabupaten/kota di Aceh yang dikasih status merah, maknanya lingkup imunisasi di bawah 50%, semakin bertambah. Adapun IPV lebih kronis kembali - pada 2022, semua kabupaten/kota di Aceh mendapatkan status merah.
Kemenkes bersama WHO lakukan survey cepat susul penemuan kasus polio di Aceh. Mereka mendapati jika dari 30 anak di 25 rumah tangga, baru sebagian kecil yang telah mendapatkan vaksinasi OPV dan tidak ada satu juga yang telah mendapatkan IPV.
Tetapi, keadaan beberapa daerah lain pun tidak jauh lebih bagus. Lingkup imunisasi OPV4 di semua Indonesia pada 2021 capai 80,2%, turun dari tahun awalnya sekitar 86,8%. Sementara lingkup IPV telah bertambah dari 37,7% di tahun 2020 jadi 66,2% pada 2021 tetapi tetap di bawah sasaran.
Bahkan juga, menurut analitis terkini per November 2022 dengan memakai piranti WHO, sekitar 30 propinsi dan 415 Kabupaten/Kota di Indonesia terhitung resiko tinggi.
"Jadi ini kita Indonesia ini high-risk untuk berlangsungnya KLB polio," kata Maxi.
Maxi menjelaskan, 2 tahun wabah Covid-19 sudah menghalangi program imunisasi dasar. Program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang diadakan pemerintahan bulan Mei dan Agustus lalu tidak berhasil capai sasaran di luar Jawa, katanya.
Bekas Direktur Penyakit Menyebar WHO Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan KLB polio di Indonesia akhir kali disampaikan terjadi pada 2005-2006 untuk virus polio type 1 yang dari Timur tengah. KLB itu terjadi di 10 propinsi dan 47 kabupaten/kota di semua Indonesia, dengan keseluruhan kasus yang disampaikan sekitar 305.
Adapun virus polio liar paling akhir sukses diisolasi di Indonesia pada 1995.
Menurut Prof. Tjandra, kasus di Aceh kemungkinan disebabkan oleh virus polio dari vaksin, yang dapat mengalami perkembangan jadi penyakit pada wilayah yang relatif rendah lingkup vaksinasi polionya, dan atau pada beberapa orang dengan ketahanan badan kurang kuat.
Baca Juga : Orang Tua Harus Tahu, Ini 73 Nama Obat yang Ditarik BPOM RI
Vaksin Halal Harus Disiapkan Pemerintahan, Apa Imbas Periode Panjangnya?
Aceh 'terancam tsunami Rubella' Plt Gubernur perintahkan penangguhan vaksinasi walau MPU memperkenankan
Dia menjelaskan jika peristiwa sama sempat terjadi di Papua pada 27 Februari 2019, saat dia masih bekerja di WHO. Pada waktu itu ada dua kasus terkena "circulating vaccine-derived poliovirus tipe 1 (cVDPV1)" di Papua.
Kasus pertama ialah anak dengan kelumpuhan tipe "acute flaccid paralysis (AFP)" yang berawal pada 27 November 2018, dan kasus ke dua ialah anak yang lain sehat tetapi pada tinjanya diketemukan VDPV. Kasus ke-2 diketemukan di dusun terasing yang memiliki jarak 3-4 km dari kasus pertama.
"Pasti saat ini harus dilaksanakan usaha optimal supaya kasus di Aceh tidak menyebar luas, dan kita telah mempunyai pengalaman panjang untuk mengontrol polio di Indonesia," kata Prof Tjandra yang pernah memegang Dirjen Pengaturan Penyakit di Kemenkes.
Bagaimana Tanggapan Pemerintah?
Menyikapi penemuan kasus ini, Kemenkes merencanakan melakukan imunisasi massal ke semua anak berumur 13 tahun di Aceh, diawali dari Kabupaten Pidie di tanggal 28 November. Pemerintahan akan tingkatkan imunisasi teratur secara nasional, kata Maxi.
"Kita telah suruh ambil ke Dukcapil. Per dusun kita kerjakan 1 minggu, dan semua Aceh mulai dari 5 Desember dan itu dilaksanakan 2 perputaran," kata Maxi.
Kemenkes akan tingkatkan usaha penemuan kasus lumpuh layuh kronis dalam masyarakat.
"Kita lakukan surveylans yang aktif ya ke faskes-faskes (sarana Kesehatan) untuk menyaksikan jangan-jangan ada yang belum terlaporkan, untuk menyaksikan anak-anak di bawah 15 tahun yang alami lumpuh kronis secara tiba-tiba," katanya. Sc:(bbc.com)
Posting Komentar