![]() |
Foto : Kompas.com |
Pada Tanggal 27 Januari 1981, terjadi satu bencana paling besar dalam riwayat transportasi laut Indonesia.
Bencana itu ialah tenggelamnya Kapal Motor (KM) Tampomas II di Kepulauan Masalembo.
Kejadian ini tewaskan 143 orang dan 288 yang lain lenyap.
Sementara, 753 korban sukses ditolong.
KM Tampomas II Sebelumnya Namanya MV Great Emerald
KM Tampomas II sebagai kapal punya PT PELNI (Pelayaran Nasional Indonesia) yang baru saja dibeli, dengan keadaan sisa gunakan. (Maftuhatul, 2020:2)
Kapal ini sebagai kapal sisa yang dibikin di galangan Mitsubishi (galangan kapal paling besar di dunia) yang ada di Jepang pada 1971.
Kapal ini sebelumnya namanya MV Great Emerald dengan peranan intinya sebagai pengangkut mobil.
Namun, sesudah salah satunya car deck (geladak pemuatan mobil) dikonversikan jadi geladak penumpang, kapal itu bisa memuat semakin banyak penumpang dibanding kapal yang lain.
Pada akhirnya, MV Great Emerald sukses dibeli pada 23 Februari 1980.
Sesudah Indonesia dengan cara resmi beli KM Tampomas II, dilaksanakan pemugaran pada kapal itu, dimulai dari mengecatnya sampai mengganti namanya jadi KM Tampomas II.
Selanjutnya, untuk pertamanya kali, Tampomas II dengan cara resmi melaut di bawah operasi PT PELNI pada 31 Mei 1980.
Kronologi Tenggelamnya Tampomas II
![]() |
Foto: Kompas.com |
Tidak itu saja, KMP Tampomas II mengangkut 191 mobil dan sekitaran 200 sepeda motor dan mesin giling.
Kapal ini mempunyai tujuan akhir di Ujung Pandang, Makassar.
Perjalanan direncanakan 2 hari dua malam dengan prediksi sampai 26 Januari 1981.
Pada Minggu, 25 Januari 1981 malam jam 23.00 WITA, KMP Tampomas II terbakar disekitaran 220 mil ke arah Dermaga Ujung Pandang.
Lebih persisnya sekitaran perairan dekat Kepulauan Masalembo, samping utara Pulau Kangean, Jawa Timur.
Kebakaran bermula dari bagian-bagian mesin yang alami kebocoran bahan bakar.
Mengakibatkan, kapal miring jadi 45 derajat.
Kebocoran itu disebabkan badai besar yang menerpa perairan.
Selanjutnya ada asap dan api mulai jadi membesar.
Mengakibatkan, penumpang alami kecemasan dan beberapa memilih untuk masuk ke laut.
Tetapi, ada beberapa penumpang yang pernah ditolong dan dinaikkan ke atas Kapal Sangihe yang selekasnya tiba ke lokasi untuk memberi bantuan.
Beberapa kapal diperintah tiba untuk memberi bantuan, salah satunya Wayabula, Ilmanui, Brantas, dua kapal penyapu ranjau TNI AL, dan sebuah kapal navigasi Perhubungan Laut.
Pada akhirnya, api sukses terkuasai, sementara kapal masih tetap terapung.
Di saat kejadian itu terjadi, cuaca sedang jelek, hingga usaha bantuan dan penyelamatan yang sudah dilakukan sampai Senin (26/1/1981) terhalang.
KMP Tampomas II pada akhirnya tengelam pada Selasa (27/1/1981).
Kapal penumpang Tampomas II punya PT Pelni terbakar di hari Minggu sekitaran jam 23.00 Wita. Lokasinya sekitaran 220 mil laut ke arah dermaga Ujungpandang. Kapal itu pergi dari Jakarta dengan bawa 1.054 penumpang dan 82 awak kapal. Tetapi, saat ada di perairan dekat Kepulauan Masalembu, samping utara Pulau Kangean, Jawa Timur, kapal itu alami kebakaran.
Menurut Sekditjen Perhubungan Laut saat itu, Fanny Habibie, pada kondisi cuaca yang buruk itu penumpang alami kecemasan hingga sebagian orang masuk ke laut. Kapal Pelni atau kapal yang lain berada di sekitaran kapal Tampomas II diperintah untuk merapat dan memberi bantuan. Beberapa kapal salah satunya ialah Wayabula, Ilmanul, Brantas, dua kapal penyapu ranjau TNI AL, dan sebuah kapal navigasi Perhubungan Laut. Dikutip dari Harian Kompas, 28 Januari 1981, kapal Tampomas II pada akhirnya tengelam pada 27 Januari 1981 jam 12.42 WIB (13.42 WIT) walau beragam usaha pengamanan dilakukan.
Kapal memiliki bobot mati 2.420 ton itu terbenam di Selat Makassar dekat Pulau Masalembo, sekitaran 22 mil laut mendekati dermaga arah Ujungpandang. Sampai 27 Januari 1981 malam hari, ada 566 orang yang sukses ditolong ke atas beberapa kapal yang tiba membantu. Kapal Tampomas II tinggalkan Jakarta sekitaran jam 19.00 pada 24 Januari 1981 dan diharap datang di dermaga Ujungpandang sekitaran jam 10.00 pagi tanggal 26 Januari. Tetapi, pada jam 11 WIT diterima berita jika kapal itu alami bencana dan terbakar.
Usaha pengamanan Pengamanan terhalang cuaca jelek. Pesawat Albatros UF-Skuadron Udara-5 TNI AU yang tinggal landas dari Lapangan terbang Juanda pada 06.35 berniat landing di perairan sekitaran lokasi bencana. Namun, gelombang besar dengan tinggi 7-10 mtr., angin ribut, dan hujan menangguhkan gagasan pendaratan. Dari udara terhalangi oleh kabut tebal, hingga untuk mendapati lokasi Kapal Tampomas II, pesawat Albatros harus terbang rendah sekitaran 350-500 kaki dari permukaan laut.
Pemicu kecelakaan Tampomas II Tenggelamnya KM Tampomas II diingat sebagai bencana kemanusiaan yang paling menyedihkan. Kejadian ini terdaftar sebagai bencana paling besar dalam riwayat maritim nasional, sekalian bencana ke-3 yang termasuk paling besar di dunia waktu itu. Mencuplik Harian Kompas, 26 Juni 2015, bencana ini menelan 369 jiwa, baik penumpang atau awaknya. Kecelakaan itu disebutkan datang dari recikan api di kabin kendaraan, api itu selanjutnya jadi membesar dan menyebar ke semua sisi kapal. Kebakaran itu diperhitungkan karena rendahnya disiplin penumpang dan awak kapal mengenai keselamatan pelayaran, salah satunya tidak patuhi larangan merokok di beberapa tempat tertentu, seperti kabin kendaraan, sepanjang pelayaran. Selainnya rendahnya disiplin, tenggelamnya KM Tampomas II karena awak kapal tidak pahami langkah dan proses pemakaian semua perlengkapan bantuan. Terakhir dijumpai pakaian pelampung (life jacket) tidak bisa dipakai untuk penumpang pemula dan radio portabel yang semestinya berada di dalam sekoci tidak ada di tempatnya. Atas keteledoran itu, beberapa awak kapal mendapatkan ancaman administratif oleh Mahkamah Pelayaran. Sc: (Kompas.com)
Posting Komentar