Ada dua pemahaman hasad. Ada pemahaman versi jumhur seperti disebut oleh Syaikh Musthafa Al-‘Adawi,
الحَسَدُ هُوَ تَمَنَّى زَوَالَ النِّعْمَةِ عَنْ صَاحِبِهَا
"Hasad ialah menginginkan lenyapnya nikmat yang ada pada orang lain." (At-Tashiil li Ta'wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 720)
Ada pula pemahaman hasad seperti disebutkan oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah,
الْحَسَدَ هُوَ الْبُغْضُ وَالْكَرَاهَةُ لِمَا يَرَاهُ مِنْ حُسْنِ حَالِ الْمَحْسُودِ
"Hasad ialah membenci dan tidak menyukai kondisi baik yang ada pada orang yang dihasad." (Majmu'ah Al-Fatawa, 10:111).
Hasad ialah karakter buruk karena kedengkian yang ada disebabkan karena kurang memiliki imannya kita ke takdir Allah dan tidak sepakat pada pembagian anugerah Allah. Ada pula penyebabnya akibat cinta dunia, takut disaingi, takut diejek oleh seseorang, dan kurang kuatnya iman.
Bagaimana Cara Mengatasi Agar Diri Kita Tidak Benci Pada Nikmat Orang?
Pertama: Pengetahuan dan iman, yakni dengan ketahui jika hasad itu akan berpengaruh buruk pada diri kita di dunia dan akhirat.
Dampak buruk dari hasad ialah:
- Orang yang hasad memiliki arti melawan takdir Allah.
- Orang yang hasad itu serupa sama orang musyrik. Orang musyrik itu berduka saat ada yang mendapat kebaikan. Namun bila mendapat musibah, justru senang.
- Orang yang hasad itu jadi bala tentara setan.
- Orang yang hasad itu mmecah belah golongan muslimin.
- Kebaikan orang yang hasad akan lenyap.
- Orang yang hasad terus akan ada pada kondisi bersedih.
- Orang yang hasad itu sebetulnya menginginkan pada dirinya sendiri musibah.
- Orang yang hasad mengakibatkan turunnya bencana karena tiap bencana itu dikarenakan oleh dosa.
- Orang yang hasad tidak dicintai manusia.
Ke- 2 : Ingat akibat hasad akan berpengaruh buruk di dunia atau di akhirat.
Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafizhahullah berbicara, "Kenalilah jika orang yang didengki (dihasadi) akan memperoleh kebaikan dari orang yang hasad. Kebaikan dari orang yang hasad akan diambil dan akan dikasih ke orang yang dihasadi. Apa lagi sampai ada ghibah dan menjelekkan." (Fiqh Al-Hasad, hlm. 47)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا, فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ, فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ
"Barangsiapa yang melakukan perbuatan zalim pada saudaranya, karena itu sebaiknya ia minta kehalalannya kepadanya, karena nantinya di akhirat tidak ada kembali dinar atau dirham saat sebelum kebaikannya diambil untuk saudaranya (yang ia zalimi). Jika tidak mempunyai kebaikan karena itu kejelekan saudaranya (yang ia zalimi) akan diberi kepadanya." (HR. Bukhari, no. 6534)
Ke- 3 : Selalu Bersyukur dengan yang Sedikit.
Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
"Siapa saja yang tidak mensyukuri yang sedikit, karena itu dia tidak sanggup mensyukuri suatu hal yang banyak." (HR. Ahmad, 4: 278. Syaikh Al-Albani menjelaskan jika hadits ini hasan seperti dalam Riwayat Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 667)
Ke- 4: Selalu melihat orang yang di bawahnya dalam permasalahan dunia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِى الْمَالِ وَالْخَلْقِ ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ
"Bila salah seorang antara kalian menyaksikan seseorang dikasih kelebihan harta dan fisik [atau kepuasan dunia lainnya], karena itu lihatlah ke orang yang ada di bawahnya." (HR. Bukhari, no. 6490; Muslim, no. 2963)
Baca Juga: Sholawat Nabi
Dalam hadits lain disebut:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
"Pandanglah orang yang ada di bawahmu (dalam permasalahan harta dan dunia) dan jangan sampai kamu pandang orang yang ada di atasmu. Dengan begitu, hal tersebut akan membuat kamu tidak menyepelekan nikmat Allah kepadamu." (HR. Muslim, no. 2963)
Ke- 5: Banyak mendoakan kebaikan pada orang yang memperoleh nikmat karena bila doakannya, kita segera dapat yang sekiranya.
Dari Ummu Darda' radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
"Doa seorang muslim ke saudaranya saat saudaranya tidak ketahuinya ialah doa yang mustajab (terkabul). Di seginya ada malaikat (yang bekerja mengamini doanya ke saudarany). Saat ia berdoa kebaikan ke saudaranya, malaikat itu berbicara: Aamiin, kamu akan memperoleh yang seumpama dengannya." (HR. Muslim, no. 2733)
Ke- 6: Lakukan yang bertolak-belakang dengan niatan hasad
Antara strategi untuk hilangkan hasad seperti dianjurkan oleh Syaikh Musthafa Al-‘Adawi ialah orang yang hasad lakukan hal yang bertolak-belakang dengan keinginan hasadnya. Ini sudah pasti akan hilangkan hasad dari dianya. Saksikan Fiqh Al-Hasad, hlm. 52.
Contoh yang diartikan Syaikh Musthafa Al-‘Adawi ialah saat kita tidak sukai pada seorang karena dia punyai barang baru, berilah hadiah padanya supaya hasad dari kita lenyap. Yang paling minimum yang sudah dilakukan ialah doakan yang punyai barang baru itu kebaikan dan keberkahan.
Sc: Rumaysho.com
Posting Komentar